Homeschooling merupakan salah satu konsep pendidikan yang mulai eksis lagi semenjak dikritisinya sistem pendidikan konvensional yang sedang berjalan. Padahal kalau diingat lagi homeschooling merupakan konsep pendidikan yang utama dulunya. Namun semenjak munculnya sekolah formal saat revolusi industri maka sistem pendidikan pun bergeser untuk menyiapkan anak-anak menjadi pekerja di masa depannya. Tapi jika ditengok sistem pendidikan ini, bukankah agaknya terasa tertinggal dengan berkembangnya jaman yang cepat dimasa sekarang?
Di Indonesia konsep pendidikan homeschooling telah diatur dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003, yang menyebutkan bahwa ada tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal (sekolah), nonformal (kursus, pendidikan kesetaraan) dan informal (pendidikan oleh keluarga dan lingkungan). Homeschooling adalah salah satu sistem pendidikan alternatif di bawah Direktorat PAUD DIKMAS Kemendikbud RI. Keberadaannya diakui dan sah serta sama dan sederajat dengan Sekolah Formal (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 dan Permendikbud No 129 Tahun 2014). Artinya konsep pendidikan homeschooling tidak diperlakukan berbeda.
Adanya berbagai macam tipe homeschooling membuat orang bertanya-tanya, apa sebenarnya esensi homeschooling? Jika ditelaah homeschooling atau home education adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dalam lingkup keluarga, orang tua sebagai penanggung jawabnya. Kegiatan ini belum tentu dilakukan di rumah, karena sejatinya belajar bisa dilakukan dimana saja. Orang tua juga bukan guru tunggal anak. Anak bisa saja mencari mentor, mengikuti kursus atau memanggil tutor. Tidak ada yang menghambat hak orang tua untuk mencari sistem pendidikan yang dirasa cocok dan terbaik untuk anak-anak mereka.
Disaat kita bisa menghilangkan pemikiran stagnan tentang pendidikan, bahwa belajar hanya bisa dilakukan di sekolah. Maka kegiatan belajar merupakan kesempatan mengeksplorasi minat dan keingintahuan anak. Bayangkan konsep pendidikan yang didorong oleh hasrat alih-alih oleh tekanan. Homeschooling bisa merangkul itu semua, memberi waktu untuk anak menjadi penasaran, menjaga hasrat belajar yang mereka miliki, mengembangkan minat yang diinginkan. Mereka bisa berkembang sesuai dengan kecerdasan alami yang mereka miliki serta dapat mengasah keterampilan yang ingin dicapai. Hal-hal semacam ini dapat dicapai melalui homeschooling karena sifat fleksibilitas-nya.
Fleksibilitas homeschooling ada karena tidak terikatnya dengan standarisasi yang terlalu mengkotak-kotakan. Anak dapat memiliki waktu luang karena waktunya tidak habis untuk mencapai standar. Sehingga anak menghabiskan waktunya untuk mengembangkan keingintahuan dan pengetahuannya sendiri, mencapai rasa puas akan hasrat belajar yang dimiliki anak. Disaat dimasa depan, dimana semua hal akan selalu berkembang setiap detiknya hasrat belajar merupakan bekal yang penting untuk survive dalam kehidupan. Karena anak akan terus ingin mengembangkan dirinya menyesuaikan dengan perubahan yang ada.
Penasihat dan penulis pendidikan Ken Robinson menulis, “Faktanya adalah mengingat tantangan yang kita hadapi, pendidikan tidak perlu direformasi—itu perlu diubah. Kunci dari transformasi ini bukanlah untuk menstandardisasi pendidikan tetapi untuk mempersonalisasikannya, untuk membangun pencapaian dalam menemukan bakat individu setiap anak, untuk menempatkan siswa dalam lingkungan di mana mereka ingin belajar dan di mana mereka secara alami dapat menemukan hasrat sejati mereka.”
Transformasi ini bisa dicapai jika adanya keberanian dari orang tua untuk mendobrak standarisasi itu sendiri. Pendidikan yang dipersonalisasikan berarti mengakui bahwa setiap anak berbeda kesukaannya, unik cara belajarnya dan berbagai macam kecerdasaannya. Dengan pengakuan itu anak akan merasa nyaman untuk berkembang sesuai dengan dirinya. Sehingga tidak adanya tekanan dalam melakukan proses pembelajaran. Anak akan menikmati proses belajarnya, memiliki waktu untuk masa kanak-kanaknya dan merasa apa yang dipelajarinya akan berguna.
HOMESCHOOLING KITA hadir untuk memenuhi kebutuhan orang tua dan anak dalam mencari sistem pendidikan revolusioner. Orang tua tidak sekedar mendelegasikan kegiatan belajar mengajar anak kepada lembaga, namun juga menjadi bagian dari lingkungan belajar anak. Dengan melibatkan orang tua dan anak, maka proses mempersonalisasikan pendidikan sesuai dengan keunikan anak akan dapat tercapai. Sehingga proses belajar antara satu anak dan lainnya tidaklah sama persis. Ditambah dengan kegiatan mengembangkan minat dan bakat, maka anak memiliki semangat untuk menemukan hasrat sejati mereka.
Monicka
Parenting Enthusiast
Hubungi KITA