Saat memasukkan anak ke sekolah apa sebenarnya tolak ukur pemilihan sekolah?
Lebih jauh lagi apa alasan anak kita masuk sekolah?
Dalam mendidik anak, sebuah keluarga memiliki tujuan yang berbeda satu dan lainnya. Karena filosofi pendidikan yang dipahami dan ingin dicapai juga beragam. Jika memutuskan untuk mendelegasikan pendidikan anak kepada pihak sekolah, baiknya orang tua dapat memilih yang sesuai dengan tujuan pendidikan keluarga.
Secara umum sekolah memiliki sistem yang sangat terkoordinasi. Harus ada capaian yang harus dilewati dan standard yang diisi. Kadang ini terlihat sangat sistematik dan kaku. Sistem pendidikan sekolah jadi terlihat seperti sebuah mesin pencetak. Semua harus sesuai standard yang ingin dicapai. Karena adanya standard yang harus dicapai, seringkali anak melakukan sesuatu hanya untuk mencapai standard tersebut. Pencapaian yang dihitung semata untuk mengukur standarisasi. Lalu apakah kita benar-benar menganggap pendidikan sebagai suatu proses mekanis?
Pada dasarnya pendidikan adalah proses pembentukan karakter dan diri anak yang dimulai di rumah. Di dalam dunia pendidikan ini ada proses belajar secara akademik dan non-akademik. Proses ini yang sering didelegasikan ke sekolah. Jika didalam lingkup sekolah ada quality control yang harus dilewati anak agar diakui kemampuannya, bukankah kita memupuskan potensi anak diluar standard evaluasi yang ada. Kalau setiap anak yang gagal melewati ukuran standar sekolah dipandang sebelah mata, artinya lingkup sekolah merupakan ruang lingkup no room for error. Ironis melihatnya, karena sejatinya proses belajar adalah proses memperbaiki diri, proses trial error. Bagaimana sebuah proses dan ruang lingkup tempatnya berkembang tidak saling mendukung?
Sebaiknya metode pendidikan adalah sebuah proses yang perpihak pada anak. Dalam mendidik anak ada proses bertumbuhnya seorang anak manusia, yang miliki karakter, prefensi ketertarikan, minat, bakat, pola pikir, yang berbeda satu dan lainnya. Beragam. Beyond the quality control list. Bukankah mata mereka selalu berbinar saat ingin mengetahui alasan dibalik hal-hal sepele? Seperti ‘dari mana hujan jatuh ibu?’ berbinar dengan rasa ingin tahu bertanya kepada orang tuanya sebagai sumber pengetahuan pertama anak. Lalu bagaimana binar itu hilang digantikan dengan mata kuyu yang membawa kertas ujian bertuliskan nilai-nilai pencapaian?
Atmosfer belajar yang ramah anak, merangkul semua anak, yang memberi ruang terhadap minat dan hasrat belajar anak. Yang menghormati perbedaan cara berpikir, laju belajar dan pencapaian anak. Sehingga anak bertumbuh menjadi manusia yang memahami diri sendiri. mengetahui keunggulan dan kelemahan diri. Dengan begitu, mudah untuk mengembangkan diri disaat diperlukan perubahaan dari lingkungannya.
Ruang pendidikan yang inklusif serta memiliki sistem pendidikan revolusioner dimiliki oleh Homeschooling KITA. Dengan BRIGHT Values yang mendukung anak untuk berpikir kreatif, inovatif dan kritis dalam proses belajar. Bertujuan untuk membentuk anak menjadi diri terbaik mereka, dengan mendukung hasrat dan ketertarikan anak. Sehingga anak memiliki keinginan untuk menggapai
pencapaian tertinggi kedepannya.
Monicka
Parenting Enthusiast
Baca Juga: