Melihat daftar kurikulum dari sekolah-sekolah berkualitas sangatlah menarik. Hanya dengan selembar kertas dan penjelasan akan mendapatkan gambaran tentang kegiatan yang nantinya dilakukan oleh anak di sekolah. Membandingkan satu dan kurikulum lainnya pada akhirnya ada perasaan “mengapa tidak bisa mendapatkan sisi positif dari setiap kurikulum yang ada”
Mencari kurikulum nomer satu dipenjuru kota demi anak mendapatkan pendidikan yang terbaik. Padahal kurikulum nomer satu berada sangat dekat. Sangat dekat sekali. Kurikulum yang terbaik untuk anak berada dalam dirinya. Setiap anak terlahir dengan keingintahuan yang besar. Prefensi keingintahuannya biasanya akan terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
Hasrat akan pengetahuan yang tinggi telah dimiliki semenjak lahir. Para bayi selalu ingin tahu segala hal yang ada di sekitarnya. Para Toddler mulai dapat bertanya ‘kenapa ini- kenapa itu’. Anak-anak akan mulai melakukan percobaan sederhana tentang hal-hal dirumah. Mereka tak pernah berpikir untuk apa melakukan hal tersebut. Mereka melakukannya untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
Memenuhi rasa ingin tahu bukan sekedar sebagai jawaban untuk soal ulangan yang kosong. Tapi ada kepuasan tersendiri akan hal tersebut. Hakikatnya manusia memerlukan ilmu pengetahuan yang beragam dari sumber yang beragam pula. Karena sumber pengetahuan bukan hanya buku text dan ilmu pengetahuan bukan hanya yang diujikan.
Sesungguhnya memenuhi rasa ingin tahu bukan hanya sekedar untuk memiliki ilmu pengetahuan, sekedar menjawab ujian ataupun sekedar mendapat pekerjaan. Ada hal lain. Hal yang lebih besar dibandingkan dengan hal-hal tersebut. Jika rasa ingin tahu disetir oleh kebutuhan akan pekerjaan, tentu bayi tidak memerlukannya. Manusia merasa ingin mengetahui dan mendapat ilmu pengetahuan untuk menjalin relasi dengan berbagai pengetahuan tersebut.
Sering sekali dengan dunia yang berputar pada poros ekonomi, masyarakat sudah melupakan hakikat ilmu sesungguhnya. Bahwa kurikulum yang sudah dimiliki semenjak anak lahir kalah akan kurikulum yang akan membawanya kepada kantor-kantor dengan nama besar. Padahal mungkin saja dengan kurikulum alami yang dimiliki anak, ia menjadi sosok yang lebih dari orang kantoran.
Kurikulum yang secara alami dimiliki anak akan membuatnya bersemangat untuk melakukan pembelajaran, mencari tahu jawaban-jawaban atas pertanyaannya, dan merasa puas mencapai hal yang ingin diketahuinya. Itu semua didapat tanpa adanya kertas-kertas uji dan nilai-nilai. Semua di dapat dengan rasa ingin tahu yang alami.
Lalu kenapa ketika memasuki usia sekolah sering kali ‘kurikulum’ ini seakan terpendam?
Monicka
Parenting Enthusiast - Homeschooling KITA