Sosialisasi pertama manusia merupakan hubungan antara orang tua dan anak, lalu dimulai hubungan dalam keluarga yang lebih besar lagi, seperti kakak-adik, kakek-cucu, tante-keponakan, hingga saudara sepupu-sepupu. Keluarga merupakan lingkaran utama sosialisasi seorang anak. Ketika anak memasuki usia yang pantas untuk masuk sekolah maka hubungan dalam keluarga dianggap tidak mencukupi kebutuhan sosialisasi anak. Karena anak membutuhkan hubungan dengan yang memiliki umur sebayanya dalam proses pengembangan diri.
Namun benarkah, jika anak yang tidak mengikuti sekolah konvensional akan memiliki masalah dalam bersosialisasi?
Banyak sekali mitos mengenai anak homeschooling yang akan menjadi An-Sos alias anti sosial, karena tidak banyak menghabiskan waktu bersama orang sebayanya. Namun ingatkah kalian para orang tua saat bersekolah dulu, sekolah memiliki murid ratusan hingga ribuan yang bahkan kita tidak mengenal lebih dari seratus anak. Yang kita kenal baik mungkin hanya yang sekelas, yang dekat sekali mungkin bisa dihitung dengan jari. Bandingkan dengan sekarang, 15 tahun setelah kelulusan, berapa orang yang masih bisa kita sapa dengan tidak canggung?
Jika anak-anak yang mengenyam pendidikan di sekolah konvensional saja memiliki lingkaran pertemanan yang terlihat kecil apalagi anak-anak homeschooling?
Secara teoritis terlihat benar, namun ternyata berdasarkan penelitian anak-anak homeschooling lebih memiliki keberagaman sosialisasi dibandingkan dengan anak sekolah konvensional. Dari mana mereka mendapatkan sosialisasi ini?
Anak yang bersekolah di sekolah konvensional selalu berhadapan dengan anak seumuran setiap harinya. Ini merupakan contoh sosialisasi horizontal, yaitu sosialisasi yang dilakukan dengan orang yang seumuran. Kegiatan sosialisasi ini akan berlangsung selama 12-15 tahun saat anak menempuh pendidikan. Sedangkan sosialisasi yang umum dilakukan di masyarakat merupakan sosialisasi vertikal, yang merupakan sosialisasi yang dilakukan dengan umur yang beragam. Sosialisasi vertikal dapat dilakukan dalam lingkup keluarga, lingkungan rumah, hingga masyarakat. Secara alami setiap anak akan melakukan sosialisasi vertikal ini, namun intensitas anak homeschooling lebih tinggi dengan kegiatan yang menempatkan diri dalam sosialisasi vertikal. Lalu bagaimana dengan sosialisasi horizontal anak-anak homeschooling? Bukankah mereka membutuhkannya untuk perkembangan diri.
Anak-anak homeschooling akan mendapatkan pertemanan sebaya dalam melaksanakan kegiatan kursus, klub hobi/minat, komunitas homeschooling yang diikuti, lembaga homeschooling yang dijalani dan kegiatan-kegiatan lain yang merupakan tempat berkumpulnya anak-anak sebayanya. Dalam sebuah penelitian menunjukan bahwa mereka lebih kritis dan mudah berteman. Alur pertemanan mereka bahkan cenderung memberikan manfaat karena mereka terbiasa untuk brainstorming, mengemukakan ide – ide, dan memiliki objektif yang jelas untuk jenjang pendidikan maupun karir. Sehingga bentuk sosialisasi horizontal yang ada memiliki kualitas yang baik.
Dengan kualitas sosialisasi horizontal yang cenderung baik, ditambah dengan intensitas sosialisasi vertikal yang lebih tinggi. Anak homeschooling menjadi lebih luwes dalam bergaul lintas usia, tidak hanya dengan anak-anak sebayanya. Dengan model sosialisasi yang beragam anak homeschooling membutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk menyesuaikan diri saat bersosialisasi dan terjun ke masyarakat. Mereka relatif tak mengalami kesenggangan untuk aktif di organisasi, lingkungan hingga tempat kerja. Karena selama menjalani tahun-tahun pendidikan memiliki sosialisasi yang heterogen.
Namun orang tua perlu mengingat bahwa setiap anak berbeda. Ada yang memang mudah untuk melakukan sosialisasi, ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama dalam melakukan sosialisasi. Tugas kita sebagai orang tua adalah sebagai fasilitator kebutuhan sosialisasi anak. Ketika kita memilih untuk menempuh pendidikan homeschooling untuk anak kita, maka kita harus siap untuk mencari alternatif untuk anak kita bersosialisasi secara horizontal. Sehingga kabar yang beredar tentang anak homeschooling yang tidak bersosialisasi merupakan mitos belaka. Anak-anak homeschooling tidak dikurung di dalam rumah seperti anggapan kebanyakan orang. Mereka hanya memiliki model sosialisasi yang berbeda dibandingkan dengan anak sekolah konvensional dan juga lebih beragam.
Monicka
Parenting Enthusiast - Homeschooling Kita
