Setelah mengetahui bahwa lingkungan rumah dan sekolah sebagai salah satu penentu pembentukan karakter anak, Parents juga harus memahami bahwa kedua lingkungan ini juga harus menjadi ruang aman bagi anak. Aman untuk menunjukkan perasaannya, aman untuk bertumbuh dan aman untuk bercerita. Tentu parent ingin agar anak mencari orang tuanya saat memiliki masalah bukan?
Anak akan mencari rasa aman, mulai dari awal kelahirannya. Diawal kehidupan anak, orang tua akan senantiasa berusaha untuk memberikan rasa aman dan nyaman untuk anak dengan memilihkan pakaian yang memiliki bahan adem, memberi pagar di daerah yang membahayakan anak dan memeluk anak ketika ia menangis. Namun seiring pertumbuhan anak parent akan mulai jarang melakukan itu. Misal dengan prefensinya sendiri anak memilih baju yang ia suka walaupun menurut parents terlihat tidak nyaman, pagar pembatas tangga sudah dilepas karena anak sudah bisa naik turun tangga dengan aman, lalu saat anak menangis, apa yang terjadi? Apakah parents adalah tipe orang tua yang memintanya untuk cepat diam atau tipe orang tua yang akan tetap memberikan pelukan dan telinga untuk mendengarkan alasan anak menangis?
Rasa aman yang dibutuhkan saat mereka bayi tetap diperlukan walaupun usianya bertambah. Hanya saja bentuk rasa aman itu berubah, bukan lagi dengan orang tua yang membatasi ruang gerak anak dengan pagar pembatas namun dengan orang tua yang dapat memberikan perhatian dan pengertian untuk anaknya. Ketika orang tua selalu mendengarkan dan tidak langsung menilai perilaku anak tanpa bertanya alasan kenapa mereka melakukannya, maka anak akan senantiasa merasa aman dengan keberadaan parents. Sehingga jika mereka dalam keadaan kesulitan atau melakukan kesalahan mereka tidak takut untuk bercerita kepada orang tuanya.
Rasa aman diperlukan anak untuk dapat belajar dan bertumbuh. Anak yang merasa lingkungannya aman secara psikologis akan lebih nyaman dalam melakukan proses belajar. Sama halnya dengan sekolah yang dapat menjadi ruang aman anak akan membuat anak menjadi lebih nyaman belajar. Sekolah dapat dikatakan sebagai ruang aman bagi anak apabila dapat memberi rasa nyaman bersosialisasi, tidak membuat anak takut, tertekan dan dapat mendukung proses belajar dan keingintahuan anak.
Sekolah yang dapat memahami proses belajar anak berbeda-beda akan memberikan kenyamanan untuk bercerita tentang tantangan dalam ilmu yang baru dipelajari. Sehingga nantinya pihak sekolah dan orang tua dapat mencari tahu dimana letak kesulitannya dan membuat solusi bersama. Semua tujuan ini tentu demi kenyamanan anak untuk terus belajar, jika saat memiliki kesulitan anak ditinggal dalam pelajaran, tentu ia tidak merasa nyaman. Sehingga semangat anak dapat menurun dan mempengaruhi proses belajarnya.
Selain pemahaman dalam proses belajar mengajar, sekolah juga harus dapat memberikan lingkungan yang beragam agar anak dapat tumbuh berkarakter. Diketahui ternyata dengan lingkungan yang homogen dapat menghambat perkembangan sosialisasi anak. Sebaliknya dengan keberagaman latar belakang siswa, sekolah dapat menjadi ruang aman anak dalam bersosialisasi. Tentu proses sosialisasi dengan keberagaman membentuk karakter anak menjadi kuat dan bersimpati. Keberagaman pribadi yang ditemui anak akan membantu anak dalam melihat perspektif yang berbeda, sehingga pemahaman akan perbedaan akan tertanam dan menumbuhkan toleransi secara alami.
Sudahkah rumah parents menjadi ruang aman anak? Bagaimana dengan sekolah pilihan parents? Apakah dapat menjadi ruang aman anak?
Monicka
Parenting Enthusiast - Homeschooling KITA