Pada artikel Keberagaman Sosialisasi Anak Homeschooling kita telah membahas tentang sosialisasi horizontal dan vertikal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari anak. Karena anak homeschooling tidak setiap haribertemu dengan teman seusianya, maka ada cara-cara yang dapat orang tua lakukan untuk mengoptimalisasikan sosialisasi anak homechooling.
Jika anak memasuki sekolah konvensional, maka secara otomatis anak akan mendapatkan ruang sosialisasi yang telah tersedia di sekolah. Dengan ditempatkannya anak-anak dalam satu ruangan, kegiatan belajar mengajarhingga kegiatan lain dalam lingkup sekolah. Anak homeschooling perlu membangun ruang sosialisasinya dengan bantuan orang tua sebagai fasilitator.
Apa ga ribet yaa jika orang tua harus menjadi fasilitator anak dalam hal bersosialisasi? Apa nanti anak jadi akan bergantung pada orang tua dengan hal bersosialisasi? Pasti hal ini sempat terlintas dipikiran para orang tua saatdisebutkan bahwa orang tua menjadi fasilitator utama anak dalam hal bersosialisasi. Nyatanya setiap orang tua memiliki batasan tertentu dalamsosialisasi anak.
Bukankah banyak orang tua yang was-was dengan teman anaknya, yang suka berkata kasar, mendorong, berteriak atau merundung sesama temannya. Selain berteman dengan perundung orang tua juga takut anaknya menjadi korban perundungan. Berarti penyaringan ruang sosialisasi anak itu masih sangat diperlukan hingga anak secara sadar bisa membedakan yang baik dan buruk.
Saat anak masih dibawah 10 tahun banyak sekali batasan baik buruk yang tidak terlihat, jika tidak dibiasakan dan diajak berbicara mengenai kelakuan baik dan buruk. Apalagi jika lingkungan sosialisasi anak tidak dapat kita lihat secara langsung. Kita mungkin akan bertanya-tanya, siapa yang ditiru anak ketika ia berkelakuan buruk.
Fasilitator sosialisasi anak bukan menjauhkan anak dengan teman-temannya. Tetapi mencari lingkungan sosialisasi yang baik dan positif untuk anak. Ada beberapa kiat yang bisa orang tua lakukan untuk dapat menemukan lingkungan positif untuk anak bersosialisasi.
1. Mencari lembaga homeschooling yang memiliki visi dan misi selaras dengan filosofi pendidikan keluarga, sehingga nilai-nilai yang diajarkan di dalam fasilitas belajar anak akan sesuai dengan nilai keluarga.
2. Mengikuti perkumpulan homeschooling untuk orang tua dan anak. Komunitas seperti ini bisa menjadi ajang bersosialisasi orang tua juga, dengan anak-anak yang juga merupakan anak homeschooling, anak kita tidak akan merasa jauh berbeda dari teman-temannya. Selain itu komunitas ini juga bisa menjadi tempat diskusi untuk perkembangan pendidikan dan pencapaian anak.
3. Mengikuti klub minat/hobi, banyak sekali klub olahraga, seni ataupun kegiatan lainnya yang merupakan tempat anak bisa mengembangkan hobi dan minatnya. Saat melakukan kegiatan ini anak-anak akan menjumpai teman-teman dengan beragam usia yang memilikiketertarikan sama dengan mereka.
4. Mengikuti kegiatan keagamaan dengan keluarga. Anak-anak juga bisa diajak dalam kegiatan keagamaan, seperti pengajian, acara geraja, kegiatan di pura dan jenis kegiatan yang berhubungan dengan keyakinan keluarga. Jika anak memiliki perkumpulan teman untuk berbagi saat melakukan kegiatan keagamaan, maka manfaat kegiatan ini pun akan semakin terasa, karena anak tidak merasa terpaksa saat mengikutinya.
5. Manfaatkan internet, di jaman yang sudah semakin mudah berkomunikasi. Kita tidak perlu ragu memanfaatkan internet untuk melakukan kegiatan sosialisasi. Karena anak dapat menemukan teman dari segala penjuru dunia dan berbagai latar belakang yang memiliki ketertarikan yang sama. Hal ini akan membantu anak untuk mempelajari berbagai macam culture yang ada sehingga anak sadar akan keberadaan keberagaman ini di dunia. Namun perlu diperhatikan, internet safety atau keamanan internet yang perlu orang tua dampingi. Lakukan kegiatan ini sesuai dengan usia dan kebutuhan anak
Dari berbagai macam kegiatan tersebut, semuanya membawa dampak positifuntuk anak. Orang tua sebagai fasilitator dapat memilih hal-hal yang sesuai dengan nilai keluarga dan keyakinan. Sehingga saat proses sosialisasi berlangsung orang tua merasa anaknya nyaman dan aman. Jika anak sudah cukup usia untuk diajak berdiskusi libatkan ia dalam memilih ruang sosialisasinya. Mungkin ada ruang sosialisasi yang orang tua suka namun anak tidak nyaman. Bicarakan dengan anak mengenai kegiatan ini, agar dapat memilih ruang sosialisasi yang tepat untuk anak dan orang tua.
Monicka
Parenting Enthusiast
